Powered By Blogger

Senin, 14 Maret 2011

budidaya cabe merah organin

Cabai merah Besar (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang memilki nilai ekonomi yang tinggi. Cabai mengandung berbagai macam senyawa yang berguna bagi kesehatan manusia. [1]. Sun et al. (2007) melaporkan cabai mengandung antioksidan yang berfungsi untuk menjaga tubuh dari serangan radikal bebas. Kandungan terbesar antioksidan ini adalah pada cabai hijau. Cabai juga mengandung Lasparaginase dan Capsaicin yang berperan sebagai zat anti kanker (Kilham 2006; Bano & Sivaramakrishnan 1980). Cabai (Capsicum annum L) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia karena memiliki harga jual yang tinggi [2] dan memiliki beberapa manfaat kesehatan yang salah satunya adalah zat capsaicin yang berfungsi dalam mengendalikan penyakit kanker.

[sunting] Cara penanaman

Cabai atau lombok termasuk dalam suku terong-terongan (Solanaceae) dan merupakan tanaman yang mudah ditanam di dataran rendah ataupun di dataran tinggi. Tanaman cabai banyak mengandung vitamin A dan vitamin C serta mengandung minyak atsiri capsaicin, yang menyebabkan rasa pedas dan memberikan kehangatan panas bila digunakan untuk rempah-rempah (bumbu dapur). Cabai dapat ditanam dengan mudah sehingga bisa dipakai untuk kebutuhan sehari-hari tanpa harus membelinya di pasar. Tanaman cabe cocok ditanam pada tanah yang kaya humus, gembur dan sarang serta tidak tergenang air; pH tanah yang ideal sekitar 5 - 6. Waktu tanam yang baik untuk lahan kering adalah pada akhir musim hujan (Maret - April). Untuk memperoleh harga cabe yang tinggi, bisa juga dilakukan pada bulan Oktober dan panen pada bulan Desember, walaupun ada risiko kegagalan. Tanaman cabai diperbanyak melalui biji yang ditanam dari tanaman yang sehat serta bebas dari hama dan penyakit . Buah cabe yang telah diseleksi untuk bibit dijemur hingga kering. Kalau panasnya cukup dalam lima hari telah kering kemudian baru diambil bijinya: Untuk areal satu hektar dibutuhkan sekitar 2-3 kg buah cabe (300-500 gr biji).

[sunting] Permasalahan produksi

Salah satu kendala utama dalam sistem produksi cabai di Indonesia adalah adanya serangan lalat buah pada tanaman cabai. [3] menerangkan bahwa hama ini sering menyebabkan gagal panen. berdasarkan laporan yang ada kerusakan pada tanaman cabai di Indonesia dapat mencapai 35% (Deptan 2006). Cabai yang terserang sering tampak sehat dan utuh dari luar tetapi bila dilihat di dalamnya membusuk dan mengandung larva lalat. Penyebabnya adalah hama lalat buah terutama Bactrocera carambolae. Karena gejala awalnya yang tak tampak jelas, sementara hama ini sebarannya masih terbatas di kepulauan Indonesia, lalat buah menjadi hama karantina yang ditakuti sehingga dapat menjadi penghambat ekspor buah-buahan mauapun pada produksi cabai.

[sunting] Upaya penanggulangan

Sebenarnya sudah dilakukan upaya untuk mengendalikan serangan lalat buah ini, di antaranya adalah pembrongsongan yang dapat mencegah serangan lalat buah. Akan tetapi, cara ini tidak praktis untuk dilakukan pada tanaman cabai dalam areal yang luas. Sementara penggunaan insektisida selain mencemari lingkungan juga sangat berbahaya bagi konsumen buah. Oleh karena itu, diperlukan cara pengendalian yang ramah lingkungan dan cocok untuk diterapkan di areal luas seperti di lahan sentral produksi cabai. Upaya pengendalian lalat buah pada tanaman cabai, khususnya cabai merah, adalah penggunaan insektisida sintetik karena dianggap praktis, mudah didapat, dan menunjukkan efek yang cepat. Adiyoga dan Soetiarso (1999) melaporkan 80% petani sayuran menggunakan pestisida untuk mengendalikan penyakit tanaman. Akan tetapi penggunaan insektisida tersebut sering meninggalkan residu yang berbahaya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia (Duriat 1996). Disamping harga insektisida sintetik yang mahal, dampak dari adanya residu insektisida sintetik dalam bidang ekonomi adalah penolakan ekspor oleh banyak negara tujuan ekspor atas produk-produk cabai yang mengandung residu fungisida dan pestisida lain (Caswell & Modjusca 1996). Di antara insektisida yang banyak digunakan dalam pengendalian serangan lalat buah pada cabai adalah Diazinon, Dursban, Supracide, Tamaron dengan konsentrasi 3-5%, dan Agrothion (Pracaya 1991).
Cabai merah Besar (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang memilki nilai ekonomi yang tinggi. Cabai mengandung berbagai macam senyawa yang berguna bagi kesehatan manusia. [1]. Sun et al. (2007) melaporkan cabai mengandung antioksidan yang berfungsi untuk menjaga tubuh dari serangan radikal bebas. Kandungan terbesar antioksidan ini adalah pada cabai hijau. Cabai juga mengandung Lasparaginase dan Capsaicin yang berperan sebagai zat anti kanker (Kilham 2006; Bano & Sivaramakrishnan 1980). Cabai (Capsicum annum L) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia karena memiliki harga jual yang tinggi [2] dan memiliki beberapa manfaat kesehatan yang salah satunya adalah zat capsaicin yang berfungsi dalam mengendalikan penyakit kanker.

[sunting] Cara penanaman

Cabai atau lombok termasuk dalam suku terong-terongan (Solanaceae) dan merupakan tanaman yang mudah ditanam di dataran rendah ataupun di dataran tinggi. Tanaman cabai banyak mengandung vitamin A dan vitamin C serta mengandung minyak atsiri capsaicin, yang menyebabkan rasa pedas dan memberikan kehangatan panas bila digunakan untuk rempah-rempah (bumbu dapur). Cabai dapat ditanam dengan mudah sehingga bisa dipakai untuk kebutuhan sehari-hari tanpa harus membelinya di pasar. Tanaman cabe cocok ditanam pada tanah yang kaya humus, gembur dan sarang serta tidak tergenang air; pH tanah yang ideal sekitar 5 - 6. Waktu tanam yang baik untuk lahan kering adalah pada akhir musim hujan (Maret - April). Untuk memperoleh harga cabe yang tinggi, bisa juga dilakukan pada bulan Oktober dan panen pada bulan Desember, walaupun ada risiko kegagalan. Tanaman cabai diperbanyak melalui biji yang ditanam dari tanaman yang sehat serta bebas dari hama dan penyakit . Buah cabe yang telah diseleksi untuk bibit dijemur hingga kering. Kalau panasnya cukup dalam lima hari telah kering kemudian baru diambil bijinya: Untuk areal satu hektar dibutuhkan sekitar 2-3 kg buah cabe (300-500 gr biji).

[sunting] Permasalahan produksi

Salah satu kendala utama dalam sistem produksi cabai di Indonesia adalah adanya serangan lalat buah pada tanaman cabai. [3] menerangkan bahwa hama ini sering menyebabkan gagal panen. berdasarkan laporan yang ada kerusakan pada tanaman cabai di Indonesia dapat mencapai 35% (Deptan 2006). Cabai yang terserang sering tampak sehat dan utuh dari luar tetapi bila dilihat di dalamnya membusuk dan mengandung larva lalat. Penyebabnya adalah hama lalat buah terutama Bactrocera carambolae. Karena gejala awalnya yang tak tampak jelas, sementara hama ini sebarannya masih terbatas di kepulauan Indonesia, lalat buah menjadi hama karantina yang ditakuti sehingga dapat menjadi penghambat ekspor buah-buahan mauapun pada produksi cabai.

[sunting] Upaya penanggulangan

Sebenarnya sudah dilakukan upaya untuk mengendalikan serangan lalat buah ini, di antaranya adalah pembrongsongan yang dapat mencegah serangan lalat buah. Akan tetapi, cara ini tidak praktis untuk dilakukan pada tanaman cabai dalam areal yang luas. Sementara penggunaan insektisida selain mencemari lingkungan juga sangat berbahaya bagi konsumen buah. Oleh karena itu, diperlukan cara pengendalian yang ramah lingkungan dan cocok untuk diterapkan di areal luas seperti di lahan sentral produksi cabai. Upaya pengendalian lalat buah pada tanaman cabai, khususnya cabai merah, adalah penggunaan insektisida sintetik karena dianggap praktis, mudah didapat, dan menunjukkan efek yang cepat. Adiyoga dan Soetiarso (1999) melaporkan 80% petani sayuran menggunakan pestisida untuk mengendalikan penyakit tanaman. Akan tetapi penggunaan insektisida tersebut sering meninggalkan residu yang berbahaya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia (Duriat 1996). Disamping harga insektisida sintetik yang mahal, dampak dari adanya residu insektisida sintetik dalam bidang ekonomi adalah penolakan ekspor oleh banyak negara tujuan ekspor atas produk-produk cabai yang mengandung residu fungisida dan pestisida lain (Caswell & Modjusca 1996). Di antara insektisida yang banyak digunakan dalam pengendalian serangan lalat buah pada cabai adalah Diazinon, Dursban, Supracide, Tamaron dengan konsentrasi 3-5%, dan Agrothion (Pracaya 1991).

Kamis, 10 Maret 2011

cabai merah

BUDIDAYA CABAI MERAH ORGANIK

A.
PENDAHULUAN
Cabai dapat
ditanam di
dataran tinggi
maupun
rendah, pH
5-6. Bertanam
cabai
dihadapkan
dengan
berbagai
masalah
(resiko), diantaranya, teknis
budidaya, kekurangan unsur,
serangan hama dan penyakit, dll.
B. FASE PRATANAM
1. Pengolahan Lahan
· Tebarkan pupuk kandang dosis
0,5 -1 ton/ 1000 m2
· Diluku kemudian digaru (biarkan
+ 1 minggu)
· Diberi Dolomit sebanyak 0,25
ton / 1000 m2
· Dibuat bedengan lebar 100 cm
dan parit selebar 80 cm
· Siramkan SUPER NASA (1 bt) /
NASA(1-2 bt)
- Super Nasa : 1 btl dilarutkan
dalam 3 liter air (jadi larutan
induk). Setiap 50 lt air
tambahkan 200 cc larutan induk.
Atau 1 gembor ( + 10 liter )
diberi 1 sendok makan peres
SUPER NASA dan siramkan ke
bedengan + 5-10 m.
- NASA : 1 gembor ( + 10 liter )
diberi 2-4 tutup NASA dan
siramkan ke bedengan sepanjang
+ 5 – 10 meter.
· Campurkan GLIO 100 – 200 gr
( 1 – 2 bungkus ) dengan 50 -
100 kg pupuk kandang, biarkan
1 minggu dan sebarkan ke
bedengan.
· Bedengan ditutup mulsa plastik
dan dilubangi, jarak tanam 60 cm
x 70 cm pola zig zag ( biarkan +
1 – 2 minggu ).
2. Benih
· Kebutuhan per 1000 m2 1 -
1,25 sachet Natural CK -10 atau
CK-11 dan Natural CS-20, CB-30
· Biji direndam dengan POC NASA
dosis 0,5 – 1 tutup / liter air
hangat kemudian diperam
semalam.
C. FASE PERSEMAIAN ( 0-30
HARI)
1. Persiapan Persemaian
· Arah persemaian menghadap ke
timur dengan naungan atap
plastik atau rumbia.
· Media tumbuh dari campuran
tanah dan pupuk kandang atau
kompos yang telah disaring,
perbandingan 3 : 1. Pupuk
kandang sebelum dipakai
dicampur dengan GLIO 100 gr
dalam 25-50 kg pupuk kandang
dan didiamkan selama + 1 minggu.
Media dimasukkan polibag bibit
ukuran 4 x 6 cm atau contong
daun pisang.
2. Penyemaian
· Biji cabai diletakkan satu per
satu tiap polibag, lalu ditutup
selapis tanah + pupuk kandang
matang yang telah disaring
· Semprot POC NASA dosis 1-2
ttp/tangki umur 10, 17 HSS
· Penyiraman dilakukan setiap
hari pada pagi atau sore hari
untuk menjaga kelembaban
3. Pengamatan Hama &
Penyakit
a. Penyakit
· Rebah semai (dumping off),
gejalanya tanaman terkulai
karena batang busuk ,
disebabkan oleh cendawan
Phytium sp. & Rhizoctonia sp.
Cara pengendalian: tanaman yg
terserang dibuang bersama
dengan tanah, mengatur
kelembaban dengan mengurangi
naungan dan penyiraman, jika
serangan tinggi siram GLIO 1
sendok makan (± 10 gr) per 10
liter air.
· Embun bulu, ditandai adanya
bercak klorosis dengan
permukaan berbulu pada daun
atau kotil yg disebabkan
cendawan Peronospora
parasitica. Cara mengatasi
seperti penyakit rebah semai.
· Kelompok Virus, gejalanya
pertumbuhan bibit terhambat
dan warna daun mosaik atau
pucat. Gejala timbul lebih jelas
setelah tanaman berumur lebih
dari 2 minggu. Cara mengatasi;
bibit terserang dicabut dan
dibakar, semprot vektor virus
dengan BVR atau PESTONA.
b. H a m a
· Kutu Daun Persik (Aphid sp.),
Perhatikan permukaan daun
bagian bawah atau lipatan
pucuk daun, biasanya kutu daun
persik bersembunyi di bawah
daun. Pijit dengan jari koloni kutu
yg ditemukan, semprot dengan
BVR atau PESTONA.
· Hama Thrip parvispinus, gejala
serangan daun berkerut dan
bercak klorosis karena cairan
daun diisap, lapisan bawah daun
berwarna keperak-perakan atau
seperti tembaga. Biasanya koloni
berkeliaran di bawah daun.
Pengamatan pada pagi atau sore
hari karena hama akan keluar
pada waktu teduh. Serangan
parah semprot dengan BVR atau
PESTONA untuk mengurangi
penyebaran.
· Hama Tungau
(Polyphagotarsonemus latus).
Gejala serangan daun berwarna
kuning kecoklatan menggulung
terpuntir ke bagian bawah
sepanjang tulang daun. Pucuk
menebal dan berguguran
sehingga tinggal batang dan
cabang. Perhatikan daun muda,
bila menggulung dan mengeras
itu tandanya terserang tungau.
Cara mengatasi seperti pada
Aphis dan Thrip
D. FASE TANAM
1. Pemilihan Bibit
· Pilih bibit seragam, sehat, kuat
dan tumbuh mulus
· Bibit memiliki 5-6 helai daun
(umur 21 – 30 hari)
2. Cara Tanam
· Waktu tanam pagi atau sore
hari , bila panas terik ditunda.
· Plastik polibag dilepas
· Setelah penanaman selesai,
tanaman langsung disiram /
disemprot POC NASA 3-4 tutup/
tangki.
3. Pengamatan Hama
· Ulat Tanah ( Agrotis ipsilon ),
aktif malam hari untuk kopulasi,
makan dan bertelur. Ulat makan
tanaman muda dengan jalan
memotong batang atau tangkai
daun. Siang hari sembunyi dalam
tanah disekitar tanaman
terserang. Setiap ulat yang
ditemukan dikumpulkan lalu
dibunuh, serangan berat
semprot dengan PESTONA atau
VIREXI
· Ulat Grayak ( Spodoptera litura
& S. exigua ),
Ciri ulat yang baru menetas /
masih kecil berwarna hijau
dengan bintik hitam di kedua sisi
dari perut/badan ulat, terdapat
bercak segitiga pada bagian
punggungnya (seperti bulan
sabit). Gejala serangan, larva
memakan permukaan bawah
daun dan daging buah dengan
kerusakan berupa bintil-bintil
atau lubang-lubang besar.
Serangan parah, daun cabai
gundul sehingga tinggal ranting-
rantingnya saja. Telur
dikumpulkan lalu dimusnahkan,
menyiangi rumput di sekitar
tanaman yang digunakan untuk
persembunyian. Semprot dengan
VITURA, VIREXI atau PESTONA.
· Bekicot/siput. Memakan
tanaman, terutama menyerang
malam hari. Dicari di sekitar
pertanaman ( kadang di bawah
mulsa) dan buang ke luar areal.
E. FASE PENGELOLAAN
TANAMAN (7-70 HST)
1. Penyiraman dapat dilakukan
dengan pengocoran tiap
tanaman atau penggenangan
(dilep) jika dirasa kering.
2. Pemupukan lewat pengocoran
dilakukan seminggu sekali tiap
lubang. Pupuk kocoran
merupakan perbandingan
campuran pupuk makro Urea : SP
36 : KCl : NASA = (250 : 250 : 250)
gr dalam 50 liter ( 1 tong kecil)
larutan. Diberikan umur 1 – 4
minggu dosis 250 cc/lubang,
sedang umur 5-12 minggu
dengan perbandingan pupuk
makro Urea : TSP : KCl : NASA =
(500 : 250 : 250) gr dalam 50
liter air, dengan dosis 500 cc/
lubang.
Kebutuhan total pupuk makro
1000 m2 :
Jenis Pupuk 1 – 4 minggu
( kg )
5 – 12 minggu
( kg )
Urea 7 56
SP-36 7 28
KCl 7 28
Catatan :
- Umur 1 – 4 mg 4 kali aplikasi (±
7 tong/ aplikasi)
- Umur 5-12 mg 8 kali aplikasi (±
14 tong/aplikasi)
3. Penyemprotan POC NASA ke
tanaman dengan dosis 3-5
tutup / tangki pada umur 10, 20,
kemudian pada umur 30, 40 dan
50 HST POC NASA + Hormonik
dosis 1-2 tutup/tangki.
4. Perempelan, sisakan 2-3
cabang utama / produksi mulai
umur 15 – 30 hr.
5. Pengamatan Hama dan
Penyakit
· Spodoptera litura/ Ulat grayak
Lihat depan.
· Kutu – kutuan ( Aphis, Thrips,
Tungau ), lihat fase persemaian.
· Penyakit Layu, disebabkan
beberapa jamur antara lain
Fusarium, Phytium dan
Rhizoctonia. Gejala serangan
tanaman layu secara tiba-tiba,
mengering dan gugur daun.
Tanaman layu dimusnahkan dan
untuk mengurangi penyebaran,
sebarkan GLIO
· Penyakit Bercak Daun,
Cercospora capsici. Jamur ini
menyerang pada musim hujan
diawali pada daun tua bagian
bawah. Gejala serangan berupa
bercak dalam berbagai ukuran
dengan bagian tengah berwarna
abu-abu atau putih, kadang
bagian tengah ini sobek atau
berlubang. Daun menguning
sebelum waktunya dan gugur,
tinggal buah dan ranting saja.
Akibatnya buah menjadi rusak
karena terbakar sinar matahari.
Pengamatan pada daun tua.
· Lalat Buah (Dacus dorsalis),
Gejala serangan buah yang telah
berisi belatung akan menjadi
keropos karena isinya dimakan,
buah sering gugur muda atau
berubah bentuknya. Lubang buah
memungkinkan bakteri pembusuk
mudah masuk sehingga buah
busuk basah. Sebagai vektor
Antraknose. Pengamatan
ditujukan pada buah cabai busuk,
kumpulkan dan musnahkan. Lalat
buah dipantau dengan
perangkap berbahan aktif Metil
Eugenol 40 buah / ha
· Penyakit Busuk Buah
Antraknosa (Colletotrichum
gloeosporioides), gejala serangan
mula-mula bercak atau totol-
totol pada buah yang membusuk
melebar dan berkembang menjadi
warna orange, abu-abu atau
hitam. Bagian tengah bercak
terlihat garis-garis melingkar
penuh titik spora berwarna
hitam. Serangan berat
menyebabkan seluruh bagian
buah mengering. Pengamatan
dilakukan pada buah merah dan
hijau tua. Buah terserang
dikumpulkan dan dimusnahkan
pada waktu panen dipisahkan.
Serangan berat sebari dengan
GLIO di bawah tanaman.
F. FASE PANEN DAN PASCA
PANEN
1. Pemanenan
· Panen pertama sekitar umur
60-75 hari
· Panen kedua dan seterusnya
2-3 hari dengan jumlah panen
bisa mencapai 30-40 kali atau
lebih tergantung ketinggian
tempat dan cara budidayanya
· Setelah pemetikan ke-3
disemprot dengan POC NASA +
Hormonik dan dipupuk dengan
perbandingan seperti diatas,
dosis 500 cc/ph
2. Cara panen :
· Buah dipanen tidak terlalu tua
(kemasakan 80-90%)
· Pemanenan yang baik pagi hari
setelah embun kering
· Penyortiran dilakukan sejak di
lahan
· Simpan ditempat yang teduh
3. Pengamatan Hama & Penyakit
· Kumpulkan dan musnahkan buah
yang busuk / rusak